"Pilihan terhadap Black Hawk dinilai tepat. Apalagi TNI AD sangat membutuhkan pergerakan pasukan ke daerah-daerah terpencil. Selain harganya lebih murah dibandingkan helikopter serang Apache, Black Hawk dinilai merupakan helikopter multifungsi," kata pengamat militer dari Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Rizal Darma Putra kepada Koran Jakarta, kemarin.
Black Hawk bisa mengangkut pasukan ke daerah-daerah konflik dan juga dapat digunakan dalam penanganan bencana alam. Kelebihan lain, Black Hawk juga sudah teruji di medan pertempuran. Helikopter buatan Sikorsky Aircraft Corporation, Amerika Serikat (AS), sudah pernah diikutkan dalam pertempuran di Grenada, Panama, Iraq, Somalia, negara-negara Balkan, Afganistan, dan sejumlah pertempuran di Timur Tengah.
Helikopter yang pertama kali terbang pada 1974 ini masih digunakan hingga sekarang. Sejumlah negara yang menggunakan Black Hawk selain AS adalah Korea Selatan, Kolombia, dan Turki. Dari segi kegunaan, Wikipedia mencatat bahwa helikopter bermesin ganda ini mampu melakukan berbagai misi, terutama sebagai ajian pengasihan transportasi taktis pasukan. AS bahkan menggunakan Black Hawk sebagai helikopter pengangkut pejabat penting pemerintah. Black Hawk dapat disematkan meriam 105 milimter Howitzer m-119 dengan 30 amunisi putaran. Black Hawk juga dilengkapi avionik canggih dan elektronik agar bisa meningkatkan kemampuan dalam kondisi ekstrem. Dia juga berharap TNI AD sudah memikirkan penempatan skuadron helikopter ini di masa mendatang agar pemakaiannya efektif.
Mesti Transparan
Rizal meminta agar Kemhan benar-benar transparan jika memang akan membeli Black Hawk. Rizal juga meminta Kemhan mengaji mulai dari perawatan, kelanjutan suku cadang, hingga spesifikasi yang akan diberikan. "Kontinuitas helikopter itu sangat penting untuk mengantisipasi jikalau di masa mendatang terjadi embargo," katanya.
Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati juga berharap Kemhan mengaji rencana pembelian itu seefektif dan seefisien mungkin. "Kalau perlu dilakukan riset yang mendalam sebelum menjatuhkan pilihan," ujarnya. Riset yang diperlukan meliputi, apakah helikopter tersebut cocok dengan peta kekuatan pokok minimal yang sebelumnya telah ditetapkan. "Apakah helikopter itu juga cocok dengan geografis Indonesia. Dan apakah cocok dengan sistem pertahanan yang kita bangun," katanya.
Sebelumnya, Kemhan menyatakan sedang mengaji pembelian helikopter serbu Black Hawk. Kajian dilakukan karena rencana awal pembelian helikopter serang Apache terbentur dana, harganya terlampau mahal. Pembelian helikopter Apache sebenarnya sudah mendapatkan izin dari pemerintah AS, hanya saja Kemhan menginginkan jumlah yang banyak.
"Ya, masalahnya ada pada alokasi anggaran untuk pembelian helikopter serang yang terbatas. Kalau kita tidak bisa mendapatkan Apache yang cukup banyak, kita ingin Black Hawk. Yang terpenting, helikopter tempur kita itu cukup banyak dan bisa untuk membangun kekuatan," kata Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro.
Namun begitu, Kemhan belum bisa memutuskan akan memilih helikopter jenis apa. Saat ini Kemhan sedang menghitung dari dana yang sudah disediakan Kementerian Keuangan dan Bappenas. Ditargetkan, pembelian helikopter serang bisa terlaksana tahun ini. "Kita sedang mengejar waktu karena masa bakti kita kan tinggal tahun depan," jelasnya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pertahanan yang masih dipercaya menjelaskan soal pembelian helikopter ini, Mayjen Ediwan Prabowo menjelaskan, pemerintah mengalokasikan 400 juta dollar AS untuk pembelian helikopter serang. Jika dibandingkan, uang sebesar itu hanya mampu untuk membeli 8 unit Apache karena kisaran harganya mencapai 45 juta dollar AS per unit. "Jika untuk membeli Black Hawk lebih banyak lagi, bisa mencapai 20 unit," kata Ediwan.
Dapatkan Sample GRATIS Produk sponsor di bawah ini, KLIK dan lihat caranya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.